Saat Anda hamil, Anda ingin melakukan semua yang Anda bisa agar tetap sehat. Sayangnya, kadang tidak mungkin melindungi diri dari segala penyakit di luar sana. Mulai dari penyakit infeksi yang umum terjadi seperti batuk, sampai yang lebih ‘heboh’ seperti cacar air.
Cacar air adalah infeksi virus yang sangat menular yang bisa sangat serius. Untungnya, ada cara untuk melindungi diri dan bayi dalam kandungan Anda jika Anda berisiko terkena penyakit ini. Bagaimana caranya?
Agar lebih jelas, simak tanya jawab seputar penyakit cacar air saat hamil yang kumparanMom (kumparan.com) rangkum dari laman American Pregnancy berikut ini:
Apa sih, sebenarnya cacar air?
Cacar air adalah infeksi virus yang juga disebut varicella. Hal ini disertai dengan ruam, yang muncul sebagai bintik kemerahan atau jerawat kecil.
Demam dan nyeri tubuh biasanya terjadi sebelum ruam muncul. Pada kebanyakan kasus cacar air dialami pada masa kanak-kanak, meski ada beberapa kasus di mana orang dewasapun mengalaminya.
Bilamana ibu hamil berisiko mengalami cacar air?
Jika sudah terinfeksi cacar air sekali sebelumnya, maka kemungkinan besar Anda kebal terhadap cacar air. Namun jika Anda belum terinfeksi cacar air dan sedang hamil, mungkin Anda berisiko tertular virus. Jadi, hindarilah kontak dengan siapa saja yang tengah terkena cacar air ya, Moms.
Jika Anda tidak yakin apakah Anda pernah terinfeksi cacar air, Anda dapat melakukan tes darah untuk mengetahui apakah Anda sudah memiliki antibodi cacar air. Jika tes menunjukkan bahwa Anda memiliki antibodi, Anda kebal terhadap cacar air.
Bila ibu hamil terkena cacar air, apa pengaruhnya bagi janin?
Cacar air pada ibu hamil bisa menimbulkan risiko cacat lahir. Cacat lahir yang mungkin terjadi meliputi bekas luka, masalah mata, pertumbuhan yang buruk, ukuran kepala kecil, perkembangan tertunda, dan / atau keterbelakangan mental.
Tapi bagaimana bayi Anda akan terpengaruh tergantung pada seberapa jauh Anda berada dalam kehamilan Anda.
Menurut Organisasi Informasi Teratologi (OTIS), jika cacar air terjadi pada trimester pertama, risiko cacat lahir adalah 0,5-1 persen. Jika cacar air terjadi dalam minggu ke 13 dan ke 20, risiko cacat lahir adalah 2 persen. Sementara jika cacar air terjadi dalam waktu 5 hari atau kurang dari persalinan atau 1-2 hari setelah melahirkan, ada kemungkinan 20-25% bahwa bayi Anda akan terkena cacar air, yang dikenal sebagai varicella kongenital.
Namun jika cacar air terjadi dalam 6-12 hari sebelum persalinan, ada kemungkinan bayi masih bisa terkena cacar air. Dalam kasus ini, bayi Anda mungkin menerima beberapa antibodi cacar air yang baru dibuat, yang akan menyebabkan varicella bawaan menjadi ringan.
Stress akan berpengaruh terhadap janin. (Foto: Pixabay)
Apa yang dapat ibu lakukan untuk melindungi bayi dari cacar air?
Jika Anda pernah terkena cacar air sebelumnya, maka tidak ada yang perlu dilakukan untuk melindungi bayi Anda selama kehamilan. Tubuh Anda sudah memiliki antibodi yang melindungi Anda dari tertular cacar air, sehingga bayi Andapun akan terlindungi.
Jika Anda belum terkena cacar air sebelum dan semasa hamil, Anda mungkin memerlukan suntikan zoster immune globulin (ZIG) saat Anda berinteraksi dengan seseorang yang menderita cacar air. ZIG harus diberikan dalam waktu 4 hari sejak terpapar pertama. Sekali lagi, suntikan ini hanya diberikan jika Anda belum memiliki antibodi terhadap cacar air.
Anda bisa mendapatkan vaksin cacar air jika Anda tidak memiliki antibodi cacar air dan Anda tidak hamil. Tapi bila saat ini Anda baru saja mendapatkan vaskin cacar, Anda harus menunggu 3 bulan sebelum mencoba untuk hamil.
Dapatkah seseorang terkena cacar air dua kali?
Sangat jarang seseorang terkena cacar air dua kali, tapi mereka yang memiliki masalah kekebalan berisiko terkena infeksi kedua. Ada juga kasus di mana orang mengira mereka terkena cacar air saat mereka masih muda, padahal sebenarnya itu adalah ruam atau sesuatu yang lain.