Tinja merupakan buangan sisa makanan dan yang tidak dicerna dan diserap oleh tubuh. Pada bayi, kondisi tinja yang dikeluarkan dapat menggambarkan kondisi kesehatannya.
Oleh karena itu, penting bagi para Ibu untuk mengetahui kondisi seputar BAB bayi agar bisa melakukan pencegahan dini terhadap suatu penyakit.
Yuk Moms, cari tahu lebih dalam seputar BAB bayi yang telah kumparanMOM (kumparan.com) rangkum dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (Indonesian Pediatric Society).
Bagaimana BAB yang normal pada bayi?
Menurut anggota IDAI, Prof. DR.Dr Agus Firmansyah, Sp.A(K), normal tidaknya BAB bayi sangat bergantung pada usianya. Bayi baru lahir hingga berusia dua bulan dan minum ASI, biasanya BAB lebih sering, bahkan bisa sampai 10 kali dalam sehari.
Penyebab hal tersebut adalah refleks gastrokolika yang masih kuat pada bayi. Refleks tersebut terjadi ketika lambung diisi, maka usus besar akan terangsang sehingga menimbulkan sensasi ingin buang air besar.
Mengapa saat BAB tinja bayi berwujud cair, berbusa, hingga berbau asam?
Kondisi tersebut terjadi karena usus bayi belum berfungsi sempurna, sehingga gula susu (laktosa) pun tidak dicerna bayi dengan sempurna.
Gas berbuih yang timbul pada tinja bayi terbentuk karena proses BAB bayi mirip dengan proses fermentasi tape ketan. Laktosa yang tidak sempurna dicerna usus halus kemudian masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri.
Sementara bau asam yang timbul pada tinja bayi terjadi karena asam-asam organik yang terbentuk akibat fermentasi tersebut. Jadi, jangan khawatir Moms, asal bayi Anda menunjukkan kenaikan berat badan normal dan tampak sehat, BAB yang cair, berbusa hingga asam itu normal kok.
Ketika usia dua bulan, kenapa bayi jadi jarang BAB?
Tenang Moms, Anda tak perlu khawatir jika menginjak usia dua bulan frekuensi BAB bayi menjadi berkurang. Hal tersebut normal terjadi karena pada usia itu saluran cerna bayi sedang berkembang.
Refleks gastrokolika mulai kendur, enzim laktase untuk mencerna laktosa sudah mencukupi, dan fermentasi laktosa berkurang sehingga tinja bayi sudah lebih kental dan frekuensi BAB-nya berkuran.
Meski begitu, koordinasi otot-otot masih belum sempurna di sekitar anus. Sehingga, tekstur tinjanya masih lembek.
Lalu, bagaimana jika bentuk tinja bayi keras dan bulat seperti tahi kambing?
Jika hal tersebut terjadi, Anda perlu waspada Moms. Bisa jadi bayi Anda mengalami sembelit atau konstipasi. Jika bayi terlihat sampai kesulitan BAB, Anda perlu mengonsultasikannya ke dokter segera.
Pada usia berapa BAB bayi sama seperti orang dewasa?
Tinja yang padat –tidak encer dan tidak keras– dan mulai menunjukkan kemiripan dengan orang dewasa, normalnya terjadi pada anak usia 3 tahun. Pada kondisi normal, BAB pada bayi sejarang-jarangnya terjadi tiap tiga hari sekali.