Ada banyak mitos yang beredar seputar tubuh manusia. Salah satu yang sering luput dari perhatian namun banyak dibicarakan adalah tentang pubic hair atau bulu vagina.
Banyak yang percaya bahwa warna bulu vagina harus sama dengan warna rambut, atau ada juga yang percaya bahwa bulu vagina tidak boleh dicukur bila Anda memiliki kulit sensitif. Tetapi rupanya, hal tersebut hanyalah mitos belaka.
Selain kedua mitos tersebut, masih ada beberapa mitos lain terkait bulu kemaluan yang sebaiknya tidak perlu Anda percayai. Apa saja? Simak ulasannya berikut ini seperti dilansir dari Women’s Health Magazine.
1. Bulu vagina mampu melindungi area intrim dari penyakit menular seksual
Banyak yang mempercayai bahwa bulu vagina bisa melindungi diri dari penyakit menular seksual. Tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Bulu vagina berperan sebagai tempat berkembang biak bakteri.
“Faktanya, bulu vagina justru mengundang bakteri,” jelas dokter kandungan Wendy Askew, M.D dari Institute for Women’s Health di San Antonio, Amerika Serikat.
Dermatologi asal New York, Sejal Shah, M.D., mengatakan bahwa banyak perempuan yang keliru dengan menganggap rambut kemaluan melindungi mereka dari kulit kelamin dan PMS yang disebabkan oleh kontak kulit ke kulit.
Sementara itu, hingga saat ini belum ada banyak penelitian khusus yang mempelajari tentang bakteri pada rambut kemaluan baik pada pria maupun perempuan. Tetapi, sebuah penelitian China menyimpulkan bahwa Human papillomavirus atau HPV yang ada pada rambut kemaluan pria dapat menyebabkan masalah yang terkait HPV pada pasangan perempuannya.
2. Bulu vagina membuat bercinta menjadi kurang bergairah
Mitos yang satu ini juga dianggap kurang tepat. Karena nyatanya, setiap perempuan memiliki pendapat dan pemikiran yang berbeda-beda tentang bulu vagina. Ada yang berpikir bahwa bulu vagina menyebabkan gesekan lebih sedikit sehingga membuat sesi bercinta menjadi bersemangat.
Tetapi ada juga perempuan yang merasa bercinta lebih intens dan semakin menggairahkan karena telah mencukur habis bulu vaginanya.
“Secara teori, Anda akan mendapatkan stimulasi langsung tanpa distraksi bulu vagina. Hal ini bergantung pada keinginan masing-masing perempuan, stimulasi yang dirasakan dan penekanan yang diinginkan untuk mencapai orgasme,” lanjut dr. Shah lagi.
3. Warna bulu vagina harus sama dengan warna rambut
Salah satu mitos yang paling banyak dipercayai adalah warna bulu vagina sama dengan warna rambut. Sebenarnya, hal ini tidak benar. Wendy Askew, M.D mengatakan, warna bulu vagina kurang lebih sama dengan warna alis.
“Rambut kemaluan cenderung memiliki warna yang akurat dengan warna alis, namun cenderung sedikit lebih berwarna kecokelatan,” jelas Wendy lagi.
4. Bulu vagina akan selalu tumbuh
Kenyataannya, bulu vagina akan berhenti tumbuh ketika perempuan mengalami menopause. Hal ini terjadi karena perempuan kekurangan hormon yang merangsang pertumbuhan rambut serta bulu-bulu halus pada tubuh. Biasanya, panjang bulu vagina setiap orang bervariasi, mulai dari 0.5 cm hingga 2 cm.
5. Pemilik kulit sensitif tidak boleh cukur bulu vagina
Sebenarnya, pemilik kulit sensitif sekalipun tak masalah jika ingin melakukan cukur bulu vagina. Namun, usahakan agar jangan mencukur terlalu dekat dengan kulit dan tidak menggunakan krim pencukur yang mengandung emolien karena akan berpotensi membuat kulit iritasi. Selain itu, bakteri yang hidup di dalam vagina akan mudah masuk ke lapisan bawah kulit dan menyebabkan benjolan atau infeksi.
Sebaiknya, gunakan krim pencukur dengan bahan organik atau pertimbangkan metode penghilang rambut lainnya seperti waxing atau laser hair removal.