Gaza – Kini, bahan bakar yang tersedia di rumah sakit, Jalur Gaza Selatan hanya cukup untuk tiga hari, kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO juga memperingatkan akan ada ancaman lebih lanjut setelah pasukan Israel menguasai penyeberangan perbatasan Rafah, dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (9/5/2024).
Israel pada Selasa (7/5) mengirim pasukan darat dan tank ke kota Rafah dan merebut persimpangan terdekat ke Mesir yang merupakan saluran utama bantuan ke wilayah Palestina yang terkepung.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahan bakar yang diperkirakan akan diizinkan masuk oleh badan kesehatan PBB pada Rabu (8/5) kini telah diblokir.
Sekarang, hanya otoritas Israel mengendalikan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Penutupan perbatasan terus menghalangi PBB untuk membawa bahan bakar. Tanpa bahan bakar, semua operasi kemanusiaan akan terhenti. Penutupan perbatasan juga menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza,” kata Tedros di X, sebelumnya Twitter.
“Rumah sakit di selatan Gaza hanya mempunyai sisa bahan bakar untuk tiga hari, yang berarti layanan akan segera terhenti.”
Israel mengancam akan melakukan serangan besar-besaran di Rafah untuk mengalahkan ribuan anggota Hamas yang menurut mereka bersembunyi di sana.
Namun kota ini juga merupakan tempat perlindungan bagi lebih dari 1,4 juta warga Palestina yang melarikan diri dari pertempuran di utara wilayah kantong pesisir tersebut berdasarkan perintah evakuasi Israel sebelumnya.
Mereka berdesakan di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara serta menderita kekurangan makanan, air dan obat-obatan.
RS di Gaza Berhenti Terima Pasien
Rumah sakit bersalin utama di Rafah, tempat hampir separuh kelahiran di Gaza, telah berhenti menerima pasien, kata Dana Kependudukan PBB (UNFPA) kepada kantor berita Reuters.
UNFPA mengatakan, Rumah Sakit Bersalin Al-Helal Al-Emairati, telah menangani sekitar 85 dari 180 kelahiran di Gaza setiap hari sebelum serangan Israel ke kota tersebut.
Bantuan Medis untuk Palestina (MAP) mengatakan pihaknya telah menerima informasi terbaru dari Marwan Homs, kepala Rumah Sakit Abu Youssef al-Najjar di Rafah, yang mengatakan fasilitas tersebut tidak lagi berfungsi karena semua staf telah diperintahkan untuk mengungsi.
“Ini adalah rumah sakit terbesar di Rafah,” kata MAP.
“Ini berarti sistem kesehatan Rafah yang sudah kewalahan dan kekurangan sumber daya kini hanya tinggal Rumah Sakit Kuwait, yang merupakan rumah sakit LSM dengan kapasitas sekitar 16 tempat tidur; RS Lapangan Marwani yang hanya menjadi titik stabilisasi trauma; dan Rumah Sakit Al-Emairati, yang hanya merupakan rumah sakit bersalin,” tambahnya.