Profesi perawat dan bidan terus berperan penting dalam memberikan pelayanan di dunia kesehatan. Keberadaan para perawat membantu memastikan kesembuhan pasien, sementara keberadaan bidan membantu proses kelahiran begitu banyak manusia ke dunia.
Secara khusus, WHO menetapkan 2020 sebagai tahun para perawat dan bidan (Year of the Nurse and the Midwife) untuk mengakui kontribusi besar yang telah diberikan oleh kedua profesi ini terhadap dunia kesehatan. Selain itu, penetapan juga dibuat untuk merayakan 200 tahun sejak tahun sejak lahirnya sosok pembentuk keperawatan modern, Florence Nightingale.
Bertepatan dengan momen ini, tak ada salahnya bagi kita untuk mengetahui lebih banyak mengenai sosok Florence Nightingale. Perawat asal Inggris ini dikenal sebagai sosok yang membawa transformasi kepada dunia keperawatan, sekaligus sebagai ‘lady with the lamp‘ yang begitu populer karena pencapaiannya dalam meningkatkan taraf pelayanan kesehatan di masa perang.
Meski begitu, apa yang dicapai Florence tidak mungkin diwujudkan, bila bukan karena tekadnya yang begitu kuat dalam berkiprah di dunia keperawatan. Selengkapnya, yuk, simak fakta soal Florence Nightingale, seperti diberitakan oleh BBC.

1. Dibesarkan dari keluarga kaya di Inggris

Florence Nightingale. Foto: Getty Images/Hulton Archive
Florence Nightingale dilahirkan pada 1820 di Florence, Italia. Ia dibesarkan dalam keluarga menengah ke atas Inggris dan mendapatkan pendidikan yang memadai. Ia diajarkan mengenai mengenai literatur klasik, filosofi, dan bahasa modern oleh ayahnya di rumah mereka. Dari berbagai hal yang dipelajarinya, Florence diketahui mahir dalam bidang pelajaran matematika dan sains. Sejak kecil, dia juga menunjukkan kesukaannya di bidang pencatatan dan pengorganisasian informasi, dua hal yang penting dalam ilmu statistik.

2. Memilih bekerja di dunia keperawatan daripada menikah

Sebagaimana anak perempuan lainnya ketika itu, Florence diharapkan bisa menikah dengan keluarga yang tak kalah terhormat ketika berusia dewasa. Namun, Florence tidak tertarik melakukannya. Pada 1844, ia memutuskan bahwa dunia keperawatan adalah panggilan jiwanya. Dia pun meminta agar diizinkan untuk mempelajari bidang keperawatan di Salisbury, Inggris.
Namun, keluarganya menolak ide ini. Keluarga Florence menganggap bahwa perawat adalah pekerjaan rendah yang dilakukan oleh para pelayan, bukan oleh perempuan dengan kelas sosial seperti Florence.
Walau begitu, Florence tidak menyerah. Dia menolak lamaran pernikahan yang diajukan kepadanya pada 1849 dan terus mengunjungi rumah sakit di Paris, Roma, juga London, terlepas dari apa yang diinginkan oleh keluarganya.
Pada 1850, ayah Florence akhirnya menyerah. Dia mengizinkan Florence berlatih menjadi menjadi perawat di Jerman. Hal ini membuat saudaranya, Parthenope merasa kaget dan tidak siap menerima kebebasan Florence. Ia pun pulang ke rumah dan merawat saudarinya di tahun 1852. Namun, pada Agustus 1853, Florence berhasil menjadi superintendent (pengawas) dalam sebuah rumah sakit perempuan di Harley’s Street. Ia pun mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang perawat.

3. Dikenal karena jasanya dalam Perang Crimea

Florence Nightingale. Foto: Getty Images/Hulton Archive
Salah satu pencapaian Florence yang paling banyak dikenal di dunia keperawatan adalah atas jasanya selama Perang Crimea di Rusia (1854). Ketika itu, media ramai mengabarkan mengenai buruknya kondisi rumah sakit tentara Inggris yang ada di medan perang.
Pada 1853, Sidney Herbert, Secretary of State at War, menunjuk Florence untuk mengajak 38 perawat lainnya dan berangkat ke rumah sakit militer di Scutari, Turki. Ini adalah pertama kalinya perempuan diperbolehkan untuk memberikan pelayanan bagi para tentara.
Ketika Florence datang, kondisi rumah sakit tempatnya bekerja, Barrack Hospital, begitu jorok. Lantainya bahkan tertutupi feses manusia yang cukup tebal. Melihat ini, dia memerintahkan para perawat yang berangkat bersamanya untuk membersihkan rumah sakit, juga memberikan makanan dan pakaian yang layak bagi para pasien.
Lewat partisipasi Florence, terdapat beberapa perubahan fundamental dalam cara merawat pasien di rumah sakit tersebut. Di antaranya, pemisahan pasien berdasarkan penyakit yang mereka derita, adanya jarak antar kasur untuk memperbaiki sirkulasi udara, juga diberlakukannya protokol sanitasi yang ketat.
Upaya Florence untuk meningkatkan sanitasi memang membantu perawatan di rumah sakit tersebut. Namun, jumlah kematian yang ada tetap tinggi, sebelum pemerintah Inggris menemukan bahwa Barrack Hospital–tempat Florence bekerja–dibangun di atas pembuangan air, membuat pasien meminum air yang terkontaminasi. Setelah saluran itu dibersihkan dan ventilasi diperbaiki, jumlah kematian baru menurun.
Di saat yang sama, pada sekitar 1855, potret Florence yang tengah membawa lampu untuk merawat pasien tersebar luas. Foto itu dipublikasikan bersama kabar mengenai kiatnya dalam meningkatkan taraf hidup para pasien di rumah sakit. Hal ini membuatnya mendapat begitu banyak pujian oleh masyarakat, sekaligus menjadikannya dikenal dengan nama ‘lady of the lamp’. Namun, Florence tidak nyaman dengan popularitasnya. Ia berusaha untuk terus tetap low profile, dengan menggunakan nama alias ‘Miss Smith’ ketika bepergian.

4. Melakukan transformasi di bidang keperawatan

Setelah kembali ke Inggris pada 1856, Florence Nightingale bertekad untuk membuat perubahan di bidang keperawatan. Dia ingin menjadikan para perawat bukan sekadar orang-orang yang membersihkan dan merawat pasien, tapi juga sebagai bagian penting dari kesembuhan pasien.
Dalam upaya mewujudkan keinginannya, dia pun melakukan beberapa perubahan. Dengan uang yang diperolehnya dari donasi publik, Florence mendirikan sekolah pelatihan perawat di St. Thomas Hospital, London. Dia juga membuat buku berjudul ‘Notes for Nursing’ di tahun 1859, sekaligus memberikan konsultasi mengenai desain rumah sakit yang baik.
Florence Nightingale. Foto: Getty Images/Hulton Archive
Tak cuma itu, Florence juga sempat bertemu dengan Ratu Victoria. Dia mempersuasi pemerintah Inggris untuk membuat Royal Commission dan memperbaiki kondisi kesehatan tentara Inggris. Setelah meneliti kondisi yang ada, Florence membuat diagram untuk menunjukkan menurunnya angka kematian setelah Sanitary Commission memperbaiki kondisi kesehatan di Barrack Hospital. Karena diagram yang dibuatnya, orang-orang jadi lebih menyadari urgensi untuk memperbaiki pelayanan kesehatan bagi para tentara. Setelah itu, berbagai pendidikan mengenai kesehatan militer, sains mengenai sanitasi, juga pembelajaran mengenai statistik dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

5. Menginginkan pelayanan untuk semua kalangan

Melalui buku yang ditulisnya, ‘Notes on Nursing’, Florence ingin membagikan pengetahuan kepada sebanyak mungkin orang mengenai cara untuk merawat saudara dan tetangga yang sakit. Selain itu, dia juga berusaha untuk bisa menolong semua orang, termasuk mereka yang berasal dari kalangan paling miskin sekalipun. Salah satunya, dengan mengirim perawat terlatih ke rumah penampungan sosial untuk merawat orang-orang miskin yang sakit.
BBC mengklaim, tindakan ini dimaksudkan untuk membuat pelayanan kesehatan bisa diakses oleh siapa pun, tanpa melihat golongan status sosial dan pendapatan mereka. Hal ini pun menjadi awal dari layanan National Health Service yang dimiliki oleh Inggris sekarang.