Di tengah situasi pandemi COVID-19 yang mereda, kemunculan virus Hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, bahkan Indonesia mulai menghantui. Dilaporkan sudah ada 3 anak dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangkunkusumo Jakarta meninggal dunia setelah diduga terjangkit Hepatitis akut.
Apa saja fakta-fakta yang harus diketahui terkait Hepatitis akut ini? Berikut yang telah kumparan rangkum:
Gejala Hepatitis Akut
Dokter spesialis penyakit anak, Dr.dr Hanifah Oswari, menjelaskan gejala penyakit Hepatitis akut ini hampir mirip dengan gangguan pencernaan pada anak.
“Dari kasus yang sudah ada, mulainya gejala gastrointestinal terlebih dahulu seperti misalnya diare, mual, muntah, sakit perut, yang kadang-kadang disertai dengan demam ringan,” jelas Hanifah dalam press conference daring update perkembangan kasus Hepatitis Akut di Indonesia, Kamis (4/5).
Hanifah menjelaskan ini adalah tahapan gejala awal dari penyakit tersebut. Jika sudah stadium lanjut, maka anak akan memunculkan gejala yang menjurus seperti Hepatitis pada umumnya.
“Yaitu, anaknya mengeluarkan buang air kecil seperti teh, buang air besar dempul pucat dan matanya, kulitnya kalau diperhatikan berwarna kuning,” jelasnya.
Biasanya pada tahap ini, kadar Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) akan meningkat di atas 500 IU/ml. Bila sudah dalam tahap ini, maka sudah dalam stadium lanjut dan membutuhkan transplantasi hati.
“Bila pasien tidak dilakukan transplantasi hati, bisa berlanjut lagi gejalanya. Bisa mengalami gangguan pembekuan darah dan selanjutnya akan terjadi penurunan kesadaran yang dapat berlanjut menjadi kematian,” lanjut Hanifah.
Pisahkan Alat Makan dan Tetap Pakai Masker untuk Cegah Hepatitis Akut
Hepatitis akut diketahui menular lewat saluran napas. Maka dari itu, protokol kesehatan yang berlaku selama ini yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga kebersihan wajib terus dilakukan.
“Memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang dan tidak alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” kata Dr. Hanifah.
Selain itu, virus hepatitis akut ini belum bisa dihubungkan atau dikaitkan dengan virus COVID-19. Dua virus ini berbeda, meski muncul saat pandemi berangsur mereda.
“Banyak berita bahwa kejadian ini dihubung-hubungkan dengan vaksin COVID itu tidak benar, karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan konsep COVID,” tuturnya.
Belum Ditemukan Langsung Hubungan Hepatitis Akut dengan COVID-19
Meski belum diketahui penyebab pasti munculnya Hepatitis akut misterius tersebut, ada dugaan dipengaruhi peran dari sejumlah virus seperti Virus Epstein-Barr (EBV) hingga COVID-19.
“Meskipun belum diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa virus yang diduga berperan, beberapa virus itu misalnya ada virus tipe 41 Sars COVID sendiri juga diduga, juga EBV dan lain-lain,” ungkap dr. Hanifah.
Namun, ia membantah adanya isu bahwa hepatitis ini berasal dari vaksin corona. Hanifah juga mengatakan belum ada bukti yang bisa menunjukkan adanya hubungan langsung antara hepatitis dengan COVID-19.
“Banyak berita bahwa kejadian ini dihubung-hubungkan dengan vaksin COVID itu tidak benar, karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan konsep COVID,” kata dia.
“Memang ada berhubungan dengan virusnya, tetapi belum, belum diberikan informasi bahwa itu berhubungan secara langsung,” lanjutnya.
patitis Akut Diakibatkan Vaksin COVID-19 Hoaks
Kemenkes ikut menyampaikan sikap terkait munculnya hoaks bahwa Hepatitis akut misterius ini disebabkan vaksinasi COVID-19 yang diterima anak. Jubir Kemenkes dr. Siti Nadia mengatakan, telah melakukan investigasi terhadap tiga kasus yang ditemukan di Indonesia.
Berdasarkan investigasi yang dilakukan, kondisi yang dialami ketiga anak sudah dalam stadium lanjut, sehingga hanya ada sedikit waktu bagi rumah sakit untuk melakukan tindakan pertolongan.
“Ketiga kasus ini usianya 2 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun. Dan 2 tahun itu belum mendapatkan vaksinasi, yang usia 8 tahun baru mendapatkan vaksinasi satu kali, dan yang 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi,” kata dr. Siti.
“Ketiganya [hasil] COVID negatif dan kita sedang melakukan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI melakukan investigasi kontak mengenai faktor risiko,” jelasnya.
Menko PMK Muhadjir Effendy juga mengatakan telah berbicara dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin terkait isu ini. Ia meminta Menkes Budi untuk segera mengambil langkah-langkah preventif kuratif terhadap gejala hepatitis akut misterius ini, khususnya terhadap hoaks yang beredar di masyarakat.
“Saya rasa kita tidak ada jeleknya kalau lebih ofensif, ya. Jadi kita tidak menunggu tapi proaktif melakukan penyisiran besar-besaran di setiap daerah itu untuk memastikan bahwa memang ini belum menyebar ke mana-mana. Kalau seandainya sudah menyebar juga bisa terdeteksi sejak dini dan segera bisa diatasi,” kata Muhadjir.
Hepatitis Akut Pada Anak Kemungkinan Tak Menular ke Orang Dewasa
Sementara dari penelusuran awal, sepertinya Hepatitis akut tidak menular ke orang dewasa.
“Dari laporan di banyak negara sudah diteliti bahwa kasus yang tertua saat itu 16 tahun, jadi tidak ada yang lebih dari 16 tahun dan ternyata kebanyakan itu di bawah 10 tahun,” kata Dr Hanifah.
Bahkan, kasus di Inggris menunjukkan penyakit lebih banyak menjangkiti anak-anak di bawah 5 tahun. Jadi bisa dikatakan kasus ini hanya menyerang anak-anak saja.