Salah satu hal yang kerap diwaspadai orang tua pada anaknya adalah saat si kecil mengalami kejang. Sebab jika kejang terjadi berulang, bisa jadi merupakan tanda epilepsi. Saat menghadapi situasi seperti itu, orang tua diharapkan tetap tenang. Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang epilepsi pada anak.
Epilepsi atau kejang berulang merupakan gangguan yang terjadi pada sistem saraf pusat sehingga memengaruhi aktivitas sel saraf di otak. Jika epilepsi pada anak dibiarkan saja atau terus terjadi, maka akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan kemampuan belajarnya.
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Mas Wishnuwardhana, Sp. A, M.Si.Med faktor yang menyebabkan epilepsi pada anak terbagi menjadi tiga, yaitu faktor genetik, riwayat alkohol dan penggunaan obat, serta riwayat penyakit darurat saat bayi.
“Salah satu penyebab yang paling sering terjadi pada epilepsi anak adalah kondisi gawat darurat saat bayi lahir. Misalnya, terdapat infeksi sistem saraf pusat, kelahiran prematur, bayi kuning, dan gangguan elektrolit,” jelas dr. Wishnu dalam webinar ‘Kedaruratan Pada Neonatus Yang Berdampak Epilepsi’ yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Umum dan Daerah (RSUD) dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi, Senin (28/03),
Namun, tidak semua kejang bisa menandakan bahwa anak terkena epilepsi. Si kecil perlu memerlukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan apakah itu kejang epilepsi atau bukan.
Lantas, bagaimana cara mengetahui jenis kejang pada epilepsi?
Jenis – jenis Kejang Epilepsi
1. Kejang Tonik
Kejang ini ditandai dengan arah bola mata anak melihat ke arah atas seperti melotot. Selain itu, tubuh si kecil juga menjadi kaku saat serangan berlangsung.
2. Kejang Tonik-Klonik
Kejang ini biasanya disebut sebagai kejang kelojotan. Biasanya, kejang ini ditandai dengan badan bergetar, mata tertutup, dan mulut terbuka.
3. Kejang Mioklonik
Kejang mioklonik disebabkan karena terjadinya kontraksi otot secara tiba-tiba, sehingga memengaruhi seluruh tubuh. Biasanya, anak yang mengalami kejang mioklonik hanya terjadi pada salah satu atau kedua lengan tangan.
4. Kejang Atonik
Kejang ini terjadi ketika anak sedang diam dan tidak melakukan aktivitas. Gejala kejang ini ditandai dengan hilangnya tekanan pada tubuh. Sehingga, bisa menyebabkan kepala dan tubuh tiba-tiba terjatuh.
5. Kejang Absans
Gejala kejang ini seringkali membuat rancu orang tua. Sebab, anak yang mengalami kejang absans ditandai dengan posisi berdiam diri tanpa memberikan respons apapun. Dalam hal ini, sering disebut kejang bengong. Sehingga, perlu diperhatikan bahwa anak yang suka bengong atau diam dengan tiba-tiba tidak melulu dalam kondisi normal.
Cara Mengetahui Kejang Epilepsi pada Anak
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah kejang tersebut termasuk epilepsi atau bukan, yaitu melalui pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya aktivitas listrik di otak.
Namun, menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Dina Siti Daliyanti, Sp.A(K), dalam webinar ‘Hal Yang Perlu Diwaspadai Pada Epilepsi Anak’ pada waktu dan penyelenggara yang sama, jika hasil EEG normal, tidak menutup kemungkinan anak terdiagnosa epilepsi. Menurut data penelitian terbarunya, sekitar 276 anak yang memiliki hasil EEG normal ternyata terdiagnosa epilepsi.
“Hasil EEG normal tidak selalu menunjukkan bahwa itu bukan kejang epilepsi. Jika si anak tiba-tiba mengalami kejang, sebaiknya ibu bisa merekamnya dan diperlihatkan ke dokter. Biasanya, dari video tersebut dokter bisa melihat apakah itu epilepsi atau bukan,” jelas dr. Dina.
Pengobatan yang Bisa Dilakukan Oleh Anak Epilepsi
Nah Moms, jangan khawatir. Sebab, sebenarnya epilepsi bisa diatasi dengan melakukan beberapa jenis pengobatan.
1. Pengobatan saat serangan
Ketika si kecil mengalami serangan, Anda bisa memberikan obat pelemas otot, yakni obat diazepam rektal, untuk menghentikan kejang tersebut. Kejang akan berhenti sekitar 3 sampai 5 menit setelah obat tersebut dimasukkan melalui dubur.
2. Pengobatan maintenance
Kebanyakan anak yang terdiagnosa epilepsi perlu mengonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu tertentu. Jika dalam kurun waktu dua tahun si kecil bebas kejang, maka dokter akan menurunkan jumlah dosis obat tersebut. Tapi Moms, perlu diketahui bahwa kondisi tiap anak berbeda, sehingga pengobatan yang diberikan oleh dokter pun juga berbeda-beda.
Saat si kecil mengonsumsi obat epilepsi, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan. Sebab, ada beberapa gejala yang bisa timbul jika obat tersebut tidak diminum secara teratur.
“Orang tua tugasnya mengawasi, pastikan si anak minum obatnya secara teratur. Apabila satu dosis terlewat, segera minum obatnya dan tanya ke dokter apa yang harus dilakukan. Penghentian obat tiba-tiba akan menimbulkan serangan epilepsi yang terus menerus berulang atau disebut status epileptikus,” tutur dr. Dina.
Hal yang Perlu Dilakukan Orang Tua Saat Anak Mengalami Serangan Kejang
Moms, saat si kecil mengalami kejang tiba-tiba, Anda tidak perlu khawatir. Sebisa mungkin Anda harus tetap tenang. Sebab, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan informasi yang jelas kepada dokter seperti:
-
Dampingi anak dan biarkan serangan kejang itu berhenti sendiri
-
Jangan menahan gerakan anak saat serangan terjadi
-
Baringkan anak di lantai, dan berikan benda yang lembut sebagai alas kepala
-
Jauhkan dari benda-benda berbahaya
-
Catat durasi berapa lama serangan terjadi
-
Bila memungkinkan, Anda bisa lakukan rekaman video untuk memberikan informasi yang akurat dan detail pada dokter
Kapan Anak Perlu Dibawa ke Rumah Sakit?
Ada beberapa kondisi anak epilepsi memerlukan bantuan tenaga kesehatan seperti:
-
Kejang berlangsung lebih dari lima menit
-
Kesadaran dan pernapasan tidak membaik setelah kejang berakhir
-
Sering terjadi kejang berulang tanpa adanya kesadaran di antara waktu kejang
-
Perasaan bingung dan berdiam diri berlangsung lebih dari satu jam