Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan membuat jumlah rumah sakit terus bertambah. Namun pertumbuhan  rumah sakit kerap tak sejalan dengan harapan masyarakat akan tersedianya pelayanan kesehatan yang prima dengan biaya relatif terjangkau.

Pola hubungan antara rumah sakit dengan pasien yang terlalu condong pada komersialisasi menempatkan pasien pada posisi tidak menguntungkan. Kasus-kasus penolakan perawatan, mahalnya biaya yang harus ditanggung, atau diskriminasi pelayanan menempatkan pasien miskin dalam posisi tak menguntungkan.

Tetapi masalah ini sebenarnya dapat teratasi apabila rumah sakit tetap mempertahankan fungsi sosialnya. Seyogyanya, rumah sakit tidak hanya menjalankan pelayanan medis kepada pasien semata, tetapi juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sosial, termasuk di antaranya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan (preventif).

Seperti diungkapkan senior executive director Rumah Sakit Grha Kedoya, dr Lim Kiang Hong, sudah semestinya rumah sakit terutama swasta menjalankan fungsi sosialnya. Hal ini penting karena rumah sakit swasta tidak akan berkembang tanpa didukung oleh lingkungan di sekitarnya. “Tentu, yang namanya rumah sakit swasta itu tidak mungkin berdiri tanpa suatu segmen atau kalangan pasien yang memadai. Tidak mungkin rumah sakit itu hidup terisolasi (dari lingkungan). Tidak boleh seperti itu,” ungkap Lim di sela-sela acara grand opening dan peresmian RS Grha Kedoya di Jakarta, Jumat (11/11/2011).

Lim menjelaskan, fungsi sosial rumah sakit swasta tak hanya direalisasikan dalam bentuk penanganan pasien rujukan dari puskemas atau menyediakan anggaran serta kamar perawatan khusus untuk pasien tidak mampu. Tetapi rumah sakit juga perlu melakukan pemberdayaan dan edukasi tentang pentingnya pencegahan penyakit pada masyarakat.

Di RS Grha Kedoya misalnya, kata Lim, secara rutin diadakan simposium gratis untuk masyarakat awam.  Upaya ini jauh lebih penting karena upaya promotif dan preventif akan lebih bermanfaat ketimbang pengobatan itu sendiri.

RS Grha Kedoya yang terletak di kawasan Jakarta Barat, lanjut Lim, bertekad memberi pelayanan terbaik bagi semua lapisan masyarakat, dan menjalankan fungsi sosialnya. Di Jakarta Barat sendiri menurut data pemerintah, kata Lim, ada sekitar 26 ribu warga yang masuk kategori miskin dan tidak mampu.

“Yang penting dalam hal ini adalah di rumah sakit kami tidak satupun pasien yang membutuhkan pelayanan akut ditolak. Kita tidak pernah pandang bulu apakah miskin atau kaya.  Tidak boleh ada yang dibedakan.  Yang dibedakan adalah pasien sakit berat ringan, berat atau yang harus segera ditangani ,” papar Lim.

RS Grha Kedoya adalag rumah sakit ini tipe C dengan jumlah 106 tempat tidur dan didukung total 106 dokter ini.  Menurut direktur operasional Dr Wibowo B Sukijat, rumah saki ini memiliki beberapa fasilitas pelayanan unggulan seperti terapi hiperbarik dan bedah minimal invasif.

Secara umum, kata Wibowo, dari segi pelayanan rumah sakit ini masuk dalam tipe B, tetapi dari segi jumlah tempat tidur masih dikategorikan tipe C.  Penambahan jumlah tempat tidur menjadi 200-an dalam beberapa waktu ke depan menjadikan rumah sakit ini berstatus tipe B.

RS Grha Kedoya diresmikan pengoperasiannya pada Jumat (11/11/2011).  RS ini sebenarnya sudah beroperasi sejak Desember 2010 dengan nama RS Bedah Grha Kedoya. Peresmian dilakukan oleh Kepala Biro Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta, Supeno, yang mewakili Gubernur DKI Fauzi Bowo yang berhalangan hadir.

Tags :

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SITUS TOTO

SLOT200

SLOT88

EREK EREK

MEGA4D

MEGA4D

MEGA4D

SITUS TOTO
SITUS TOTO
SITUS TOTO
SITUS TOTO
SITUS TOTO