Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) meminta China membagikan data dan memberikan akses guna memahami asal-usul Covid-19, lima tahun sejak awal pandemi yang mengubah dunia.

“Kami terus mendesak China untuk membagikan data dan memberikan akses agar kami dapat memahami asal-usul Covid-19. Ini adalah kewajiban moral dan ilmiah,” kata WHO dalam situs resminya, Senin (30/12/2024).

Covid-19 telah menewaskan lebih dari 7 juta orang, menghancurkan perekonomian, dan melumpuhkan sistem kesehatan.

“Tanpa transparansi, berbagi informasi, dan kerja sama antarnegara, dunia tidak dapat mencegah dan mempersiapkan diri dengan baik untuk epidemi dan pandemi di masa depan,” tambah WHO.

Lima tahun lalu, pada 31 Desember 2019, Kantor Perwakilan WHO di China mendeteksi pernyataan media dari Komisi Kesehatan Kota Wuhan di situs web mereka mengenai kasus “pneumonia viral” di Wuhan, China.

Dalam minggu, bulan, dan tahun berikutnya, Covid-19 mulai membentuk ulang kehidupan dan dunia.

“Di WHO, kami segera bekerja saat tahun baru dimulai. Karyawan WHO mengaktifkan sistem darurat pada 1 Januari 2020 dan memberitahu dunia pada 4 Januari. Pada 9-12 Januari, WHO telah menerbitkan panduan komprehensif pertama untuk negara-negara, dan pada 13 Januari, kami mengumpulkan mitra untuk merilis cetak biru tes laboratorium SARS-CoV-2 pertama,” tulis situs resmi WHO.

Organisasi kesehatan dunia itu lalu mengumpulkan para ahli dan kementerian kesehatan dari seluruh dunia, menganalisis data, dan membagikan apa yang dilaporkan, apa yang dipelajari, serta implikasinya bagi masyarakat.

“Ketika kita menandai momen bersejarah ini, mari luangkan waktu sejenak untuk menghormati kehidupan yang telah berubah dan hilang, mengakui mereka yang menderita akibat Covid-19 dan Long Covid, menyampaikan rasa terima kasih kepada tenaga kesehatan yang telah berkorban banyak untuk merawat kita, serta berkomitmen untuk belajar dari Covid-19 demi membangun masa depan yang lebih sehat,” tulis WHO.

Awal bulan ini, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyinggung pertanyaan apakah dunia lebih siap menghadapi pandemi berikutnya dibandingkan saat Covid-19 melanda. “Jawabannya adalah ya dan tidak,” kata Ghebreyesus dalam konferensi pers.

“Jika pandemi berikutnya datang hari ini, dunia masih akan menghadapi beberapa kelemahan dan kerentanan yang memberi Covid-19 peluang lima tahun lalu. Tetapi dunia juga telah mempelajari banyak pelajaran menyakitkan dari pandemi ini dan mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperkuat pertahanan terhadap epidemi dan pandemi di masa depan,” katanya lagi.

Dilansir Guardian, pada Desember 2021, terpicu oleh kehancuran yang disebabkan oleh Covid-19, negara-negara memutuskan untuk mulai merancang kesepakatan tentang pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi.

Dari 194 negara anggota WHO yang sedang merundingkan perjanjian ini, sebagian besar telah menyepakati isi perjanjian tersebut, tetapi masih menghadapi kendala dalam hal implementasi praktisnya.

Salah satu isu utama adalah perbedaan antara negara-negara Barat dengan industri farmasi besar dan negara-negara miskin yang khawatir akan terpinggirkan ketika pandemi berikutnya terjadi.

Meskipun jumlah isu yang belum disepakati relatif sedikit, salah satunya adalah inti dari perjanjian tersebut: kewajiban untuk segera berbagi patogen yang baru muncul, dan kemudian manfaat dari upaya melawan pandemi, seperti vaksin. Tenggat waktu untuk menyelesaikan negosiasi ini adalah Mei 2025.