Jika Anda mengalami keputihan, tak usah khawatir. Pasalnya, kondisi ini sangat normal dan umum terjadi pada wanita. Cairan ini justru membantu membasuh kotoran, menjaga vagina tetap bersih dan lembap, serta melindungi vagina dari infeksi. Namun, banyak orang yang mengalami keputihan setelah berhubungan intim. Apakah ini normal? Berikut ulasannya.

Apakah normal jika keputihan setelah berhubungan intim?

Pada dasarnya, keputihan setelah berhubungan intim adalah hal yang normal. Seseorang bisa mengalami keputihan kapan saja, termasuk setelah bercinta.

Namun perlu digarisbawahi, tidak semua orang mengalami keputihan yang normal. Seperti yang dilansir dari NHS, biasanya keputihan yang normal dan sehat memiliki ciri seperti berikut ini.

  • Tidak berbau. Kalaupun ada aroma yang muncul biasanya tidak menyengat atau mengganggu.
  • Berwarna putih atau bening.
  • Teksturnya tebal dan lengket.
  • Keputihan licin dan basah.

Sedikit banyaknya keputihan juga tidak bisa ditentukan secara jelas. Biasanya hal ini tergantung kondisi tubuh Anda.

Biasanya keputihan akan keluar lebih banyak jika Anda sedang hamil, sudah aktif secara seksual, dan sedang menggunakan alat kontrasepsi.

Selain itu, saat rahim berovulasi, Anda biasanya akan sering mengalami keputihan yang basah dan licin selama beberapa hari.

Penyebab keputihan setelah berhubungan intim

Keputihan setelah berhubungan intim bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

Keputihan pada dasarnya adalah cairan yang diproduksi oleh kelenjar di leher rahim dan vagina untuk membersihkan dan menjaga kelembapan.

Namun, jika keputihan muncul dengan karakteristik tertentu, itu bisa menjadi tanda adanya infeksi atau kondisi lainnya.

Beberapa penyebab keputihan setelah berhubungan intim antara lain sebagai berikut.

1. Perubahan hormon

Perubahan hormon setelah berhubungan intim dapat memengaruhi produksi keputihan.

Ini terjadi karena aktivitas seksual dapat memicu fluktuasi hormon, terutama hormon estrogen dan progesteron, yang berperan dalam mengatur produksi cairan vagina.

Saat terangsang atau setelah orgasme, tubuh melepaskan lebih banyak hormon estrogen. Estrogen merangsang kelenjar di serviks untuk menghasilkan lebih banyak lendir, yang berfungsi sebagai pelumas alami.

Keputihan yang muncul setelah berhubungan intim bisa menjadi bagian dari mekanisme pelumasan ini.

Sementara itu, kadar progesteron meningkat setelah ovulasi. Hormon ini membuat keputihan menjadi lebih kental dan berwarna lebih keruh.

Jadi, jika berhubungan intim terjadi pada fase ini, keputihan yang muncul mungkin lebih tebal dan berwarna putih atau kuning pucat.

2. Infeksi jamur (kandidiasis)

Infeksi jamur atau kandidiasis adalah salah satu penyebab umum setelah berhubungan intim keluar keputihan.

Keputihan yang disertai dengan gatal dan berwarna putih seperti keju bisa menjadi tanda infeksi jamur.

Infeksi ini biasanya disebabkan oleh jamur Candida yang secara alami ada di vagina, tetapi pertumbuhannya dapat meningkat secara berlebihan akibat berbagai faktor, salah satunya berhubungan intim.

Pasalnya, berhubungan intim dapat mengubah keseimbangan pH di vagina.

Jika pH meningkat (lebih basa), pertumbuhan jamur Candida bisa terjadi lebih cepat, yang menyebabkan infeksi dan keputihan.

3. Reaksi alergi

Reaksi alergi setelah berhubungan intim bisa menjadi penyebab keputihan yang tidak biasa.

Alergi ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti bahan pelumas, spermisida, kondom (terutama yang berbahan lateks), atau bahkan cairan sperma.

Meskipun jarang, beberapa orang mengalami reaksi alergi terhadap protein yang terkandung dalam sperma pasangannya.

Kondisi ini dikenal sebagai alergi sperma atau hipersensitivitas sperma.

Reaksi alergi dapat mengiritasi area genital dan menyebabkan peningkatan produksi keputihan sebagai respons tubuh terhadap iritasi atau peradangan.

4. Perubahan flora vagina

Flora vagina adalah keseimbangan mikroorganisme (terutama bakteri baik seperti Lactobacillus) yang menjaga kesehatan vagina dengan mempertahankan pH yang rendah dan mencegah pertumbuhan organisme berbahaya.

Ketika flora vagina terganggu, bakteri jahat dapat tumbuh berlebihan, yang menyebabkan keputihan dan gejala lain.

Berhubungan intim dapat menyebabkan perubahan fisik pada lingkungan vagina, yang berpotensi memperkenalkan bakteri baru dari pasangan atau menggeser flora normal.

Akibatnya setelah berhubungan intim, flora normal vagina bisa berubah, yang memicu keputihan sementara.

Maka dari itu, menjaga keseimbangan flora vagina sangat penting untuk mencegah infeksi dan mempertahankan kesehatan vagina secara keseluruhan.

5. Infeksi bakteri (vaginosis bakterialis)

Keputihan berbau amis atau busuk dengan warna abu-abu atau putih dapat menunjukkan adanya vaginosis bakterialis.

Infeksi bakteri yang menyebabkan keputihan setelah berhubungan intim sering dikaitkan dengan vaginosis bakterialis (BV), yang terjadi ketika keseimbangan bakteri normal di vagina terganggu.

Seperti yang telah disebutkan di atas, vagina secara alami memiliki populasi bakteri “baik” (seperti Lactobacillus) yang menjaga pH rendah

Namun saat bakteri “jahat” seperti Gardnerella vaginalis berkembang biak berlebihan, ini dapat menyebabkan keputihan yang tidak normal.

Salah satu pemicunya adalah air mani karena memiliki pH yang lebih basa daripada vagina, yang biasanya lebih asam.

Setelah berhubungan intim tanpa kondom, pH vagina bisa menjadi lebih basa, yang mendorong pertumbuhan bakteri “jahat”.

6. Penyakit menular seksual (PMS)

Penyakit menular seksual (PMS) bisa menjadi penyebab keputihan setelah berhubungan intim.

Infeksi ini sering ditularkan melalui kontak seksual dan dapat menyebabkan perubahan pada keputihan serta munculnya gejala lain.

Beberapa PMS yang umum menyebabkan keputihan abnormal meliputi berikut ini.

  • Klamidia.
  • Gonore.
  • Trikomoniasis.
  • Herpes genital.

Jika Anda wanita, seberapa rutin Anda melakukan pemeriksaan kesehatan kewanitaan?

Selain keputihan setelah berhubungan intim, PMS juga bisa menimbulkan gejala lain, seperti rasa sakit, gatal, dan luka di area genital.

Penanganan yang tepat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang akibat PMS.

Jika keputihan disertai dengan gejala lain seperti rasa sakit, gatal, bau yang tidak biasa, atau perubahan warna yang signifikan, sebaiknya konsultasikan kepada dokter untuk memastikan penyebabnya dan mendapatkan pengobatan yang tepat.

Kapan perlu ke dokter jika keputihan setelah berhubungan?

Jika setelah berhubungan Anda sering mengalami keputihan tetapi tak seperti ciri-ciri yang telah disebutkan sebelumnya, maka Anda perlu berhati-hati.

Pasalnya, keputihan juga bisa jadi penanda masalah kesehatan organ reproduksi Anda. Biasanya Anda bisa mengecek normal atau tidaknya keputihan dari warna, tekstur, dan baunya.

Berikut beberapa ciri-ciri keputihan yang perlu diwaspadai dan sebaiknya diperiksakan ke dokter.

1. Keputihan berwarna merah

Jika Anda mengalami keputihan setelah berhubungan dan warnanya merah, maka waspada. Biasanya, warna cairan vagina yang kemerahan menandakan adanya perdarahan.

Perdarahan bisa jadi kondisi serius tetapi bisa jadi tidak. Terkadang, kondisi ini juga bisa menjadi tanda awal kanker endometrium. Untuk itu, segera konsultasikan kepada dokter jika mengalaminya.

2. Keputihan berwarna putih atau kekuningan

Jika Anda mengalami keputihan berwarna putih atau kekuningan dengan tekstur pekat, tebal, dan bau yang kuat, bisa jadi ini adalah infeksi.

Kondisi ini umumnya menandakan adanya infeksi jamur vagina. Umumnya, kondisi ini bisa menyebabkan gatal atau iritasi.

3. Keputihan berwarna kuning-kehijauan

Jika keputihan berwarna kuning kehijauan biasanya kondisi ini menandakan infeksi bakteri atau penyakit kelamin yang menular.

Apalagi jika teksturnya tebal, menggumpal, dan berbau busuk.

4. Keputihan berwarna merah muda

Keputihan yang berwarna merah muda biasanya mengandung sedikit darah. Kondisi ini bisa menjadi tanda perdarahan di awal kehamilan.

Namun, ketika Anda mengalami hal ini setelah berhubungan intim, bisa jadi ada robekan kecil di vagina atau leher rahim. Akibatnya, keputihan Anda berwarna merah muda.

5. Abu-abu

Keputihan juga bisa berwarna abu-abu. Biasanya, kondisi ini menandai adanya gejala infeksi bakteri vagina yang disebut vaginosis bakterialis.

Selain keputihan yang berwarna abu, kondisi ini juga menyebabkan berbagai gejala lain, seperti berikut ini.

  • Gatal.
  • Vagina dan keputihan berbau tak sedap.
  • Kemerahan di sekitar vulva atau bukaan vagina.

Jika Anda mengalami hal ini, segera konsultasikan kepada dokter. Biasanya, dokter akan meresepkan antibiotik jika Anda positif mengalami infeksi bakteri vagina.