Hari ini (2/2) Menkes dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH meresmikan RS Mata Jakarta Eye Center @ Kedoya di Jakarta Barat. RS ini merupakan cabang dari RS Mata Jakarta Eye Center di Menteng, Jakarta Pusat. Dengan peresmian ini, Menkes berharap RS Mata Jakarta Eye Center @ Kedoya dapat mengidentifikasi peluang bagi pengembangan layanan rumah sakit, termasuk pengembangan menjadi salah satu center of excellence dan pusat rujukan kesehatan mata.
Menteri Kesehatan berharap agar visi dan misi dari Rumah Sakit Mata (JEC) selalu selaras dengan kebijakan Pemerintah di bidang kesehatan. Selain itu, pihak manajemen RS harus mengembangkan wawasannya dan berfikir global serta bertindak lokal think globally, act locally. Langkah ini perlu, untuk meningkatkan daya saing rumah sakit ini dan menjawab tantangan global.
“Jakarta adalah Ibu Kota Negara dan kota metropolitan yang mempunyai berbagai potensi termasuk potensi wisata dan potensi wisata kesehatan atau health tourism. Alangkah baiknya jika kelak wisatawan lokal dan mancanegara yang memerlukan layanan kesehatan mata tertarik memanfaatkan layanan rumah sakit ini dan rumah sakit mata lain yang ada di Jakarta”, kata Menkes.
Menkes menjelaskan, laporan yang masuk dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit mata termasuk 10 penyakit yang kunjungan rawat jalannya terbanyak di rumah sakit. Penyakit mata yang banyak dilaporkan adalah gangguan refraksi dan akomodasi dengan 180.310 kasus kunjungan (1,72%) dari total kunjungan rawat jalan di rumah sakit sebanyak 10.466.415.
Di Provinsi DKI Jakarta, data SIRS menunjukkan bahwa gangguan refraksi dan akomodasi menempati urutan pertama untuk penyakit mata, yaitu sebesar 46.177 kunjungan atau 0,4 % dari total kunjungan di seluruh Indonesia. Sementara gangguan refraksi dan akomodasi ditemukan di semua kelompok umur terutama pada usia produktif 25-44 tahun.
“Masalah ini perlu mendapat perhatian semua. Bagi orang dewasa, penyakit ini mengganggu produktivitas dan mengurangi kualitas hidup. Sedangkan di kalangan anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan mereka menyerap pelajaran. Akibatnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan berkurang. Padahal mereka adalah aset bangsa, generasi penerus, dan sumber daya manusia yang harus selalu meningkat kualitas dan kapasitasnya,” tegas Menkes.
Menkes menyebutkan, di samping katarak dan kelainan refraksi, penyakit mata lain yang sering menyebabkan kebutaan adalah glaucoma, xeroftalmia, dan gangguan retina. Untuk mengatasi permasalahan gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia, pemerintah berkomitmen kuat mewujudkan Global Vision 2020: The Right to Sight agar setiap warga negara Indonesia mendapatkan hak untuk mempunyai penglihatan secara optimal pada tahun 2020.
Menkes memberikan apresiasi terhadap Jakarta Eye Centre @ Kedoya sebagai RS Mata yang mempunyai layanan Children Eye Care. Sarana unik ini memberikan penanganan kelainan penglihatan pada anak seperti gangguan refraksi, mata malas, mata juling, katarak /glukoma, masalah retina, tumor mata dan rekonstruksi mata anak mulai dari deteksi awal pada bayi usia 0 ( nol ) hari hingga tindakan pembedahan.